Selasa, 19 Januari 2010

Soto Jawa timur, Bang Epat

Semua itu diawali ketika aku kembali dari pekanbaru dan baru saja menginjak kaki di rumah kontrakan yang penuh dengan sarang laba-laba dan debu yang menebal. Tapi sepanjang itu pula aku berpikir telah melewatkan untuk shakehand kepada dua orang dekatku , bang epat dan si kurus topik yang sudah mengakhiri masa lajangnya dan resmi dengan pasangan masing-masing.
Mungkin bagi sebagian mereka denga sms dan telpon sudahlah cukup untuk mengucapkan selamat dan melupakan semua hal tersebut adalah momen terindah bagi mereka, namun tidak bagiku karena kedua orang ini adalah teman dekat yang memang selalu ada cerita tersendiri mengenai kehidupan mereka yang sedikit banyak pernah ada dalam perjalananku.
Kuambil handphone dan iseng ku sms sambil bercanda untuk bisa berkunjung sekedar silaturahmi dan shakehand mengucap selamat sudah berani untuk menikah, meski masih ada bang susee dan bang edo, tapi pikirku akan bisa aku temui mereka juga toh tempatnya tidak berjauhan.
Tapi ternyata yang bisa aku temui cuma dua makhluk yang aku sebutkan pertama, karena dua nama berikutnya sedang tidak berada disana.
Obrolan seperti biasa, perploncoan gaya kafet masih juga berlaku bagi kami dengan tetap berbagi asap rokok, namun ada yang berubah karena ada aturan dilarang merokok didalam rumah karena ada yang lagi nggelayut di perut bu epat, tidak mengapa tapi itulah yang benar.
Semuanya pun kembali tumpah ruah saat soto itu benar-benar tersaji ,yup soto jawatimur brother..soto yang khas yang memang bercita rasa jawwatimur yang sudah sangat kurindukan setelah berbulan-bulan merasakan lidah nasi padank di pekanbaru.Tempe panas juga ikut menghiasi...dan semua dahaga masakan rumah sedikit terobati.

Matur nuwun mbak dan mas ya atas masakane, tapi kalo mau ngundang lagi ga boleh dan dilarang sungkan ya?karena gratis dan masakane memang unik..

Kamis, 14 Januari 2010

Mengapa masih melekat?

Entah kenapa sedari aku dulu ada di bangku sekolah dari dasar ampe bahkan sampe sekarang ini banyak orang melihat aku adalah sosok yang keras kepala, temperamental dan tukang bikin rusuh?
Namun bisa aku yakinkan kepada mereka dan siapapun bahwa aku sangat bisa membawa situasi dan emosiku dan mengkontrol dengan sangat baik karena pada dasarnya seorang temperamental memang tidak kompromistis , dan egois. Introvert dan juga kekangan terhadap masalalu serta semua yang telah aku lewati mengendus kepada sebuah jalan panjang yang tidak akan pernah terjamah. Jangankan untuk sekedar melampiaskan atau bertemperamen , seumur hidupku pun aku tak pernah berantem dan merasakan benar-benar menghantamkan tanganku ke muka seseorang. Dan jika mereka melihat aku temperamen adalah lebih bahwa aku sudah tidak mampu mentolerir segala keganjilan yang seharusnya tidak nampak didepanku.
Sekedar sangat terdengar egois namun apakah kita pernah berpikir bahwa jiwa yang telah mengalah untuk menerima semua hal dari yang terburuk dan tersenang juga masih memiliki ruang kosong yang dinamakan ruang diam dan ruang sendiri. Seringkali ketika temperamental itu terlihat orang adalah ketika orang lain tidak mencoba memahami sedang berada dimanakah dia sekarang dan berinteraksi..Karena jika wilayah diam dan gelap adalah pilihan sekarang jangan lah membawa semua seakan terbawa oleh tawa tangis yang sedang terjadi.
Saya masih sangat sadar ketika saya meluapkan emosiku pada suatu hal itu tidak lebih bahwa saya sudah membuat level saya dengan lawan tersebut sama dan ternyata yang terjadi disitu adalah hal yang tidak berada di level tersebut, Entah dengan kebodohanya kah ataukah memang sengaja mengeluarkan dari level yang telah disepakati.

Saya memang temperamental bagi sebagian besar orang, mungkin orang-orang terdekat saya pun.Namun temperamental saya tidak lebih dari sebuah penolakan keras terhadap apa yang telah dipaksakan terjadi karena sekali lagi saya adalah pribadi kompromistis dan mencoba realistis untuk hidup yang semakan diawang-awang.
Masih ingatkah anda semua yang mengenal saya, bagaimana saya bisa mengaji bareng dengan anda di sebuah surau, bermain bola di sebuah kompetisi keras, berlatih fisik untuk sebuah masa depan, sama-sama berteriak untuk ketidak adilan yang terjadi dalam aktivitas kampus?...Ataukah disaat kita mengumpulkan dana untuk sekedar membangun kembali radio pemancar kita dikampus?DImana harga diriku aku berikan untuk diinjak oleh orang tua bangka itu yang mengatakan aku adalah PKI, hanya untuk bantuan dana beberapa juta....

Aku mencintai kalian keluargaku, istriku dan anakku..keluarga besarku, kawan-kawanku,seniorku dan semua kolegaku..Karena pada dasarnya tidak bisa aku untuk memperlihatkan temperamen yang sering kalian tuduhkan padaku tapi inilah aku yang juga butuh sisi dimengerti dan tidak selalu menjadi orang yang harus mengerti tentang semua hal..Karena aku juga manusia..

Jumat, 08 Januari 2010

Berceloteh dan Berkecap mulut tentang kebebasan

Kelontong kata sebenernya sangat terinsiprasi oleh keinginan membuat suatu trend kata-kata baru yang bener-bener ga kalah dari para jawara-jawara terutama mungkin para netters dan blogger.Karena kalo kita runut bener-bener,bahwa yang membuat kata-kata jahil ataupun kalimat sakti quote of the day adalah mereka-mereka yang memang mempunyai referensi gila-gilaan . Entah itu dalam buku yang berkontainer ataupun dalam era digital ini mereka meninggalkan mata mereka didepan monitor dan internet yang terus berputar.
Kebebasan berekspresi dan juga berpendapat adalah sebuah bentuk dari jiwa seseorang yang menurut saya pribadi itu adalah karakter bawah sadar mereka yang telah mereka bawa dari orok bayi. Namun seiring sekuleritas dan juga arus globalisasi dan juga modernisasi berpikir maka hal tersebut telah terkotakkan sendiri. Dan yang lebih meyedihkan adalah dengan kebebasan berekspresi dan berpendapat yang telah diakomodir adalah sebuah senjata bagi para pengecut untuk berkoar dan berkecap ria namun berkelompok alias bergerombol. Beraninya maen keroyokan, bukan seperti para aktivis nasionalis kita yang mengedepankan kebebasan berekspresi dan berpendapat adalah sebuah tuntutan jiwa dan panggilan untuk melawan ketidak adilan , sehingga ketika hati nurani tidak terketuk maka jangan menyuarakan kebebasan, karena anda sendirilah yang telah mengebiri kebebasan anda.
Tidak kah seorang soe-hoek gie terkenal karena namanya sendiri dan keberanianya menyuarakan kebebasan berekspresi dan juga berpendapat, serta kebebasan pers malahan. Dimana Kebebasan pers tidak lagi dikebiri oleh para editor dan redaktur. Soe-Hoek Gie bukan terkenal karena dia aktivis organisasi apa, dan juga dalam sebuah lembaga apa tapi Soe-Hoek-Gie terkenal karena dia adalah Soe-Hoek0-Gie yang menyuarakan apa yang telah seharusnya disuarakan dengan bebas.

Ketika pemerintah sibuk dengan skenario penanggulanagan buku seorang George dan gurita cikeasnya, dan PWI dengan Wartawan infotainment sibuk menuntut luna maya karena twitternya, maka sesunggunya pers dan kebebasan yang semestinya telah disistematiskan. dan bagaimana seorang mantan pimpinan jurnal nasional dengan memakai rok mini dan jakunya melaporkan sebuah kibasan buku george, mengapa tidak kau pukul ganti dan selesai?tapi membuat panjang semuanya dan murahan sekali. Apakah itu yang dimaksud kebebasan berpendapat dan berekspresi?Kalo pimpinan perusahaan media cetak aja kayak gitu kelakuanya bagaimana isi beritanya bisa dipertanggung jawabkan.

Untuk rakyat kecil, jangan bermimpi untuk mempunyai kebebasan berpendapat, berkoar, berekspresi deh..karena yang punya semua itu yang punya kartu pers, Anggota DPR, Pengamat politik, media televisi dan pemerintah..

Kamis, 07 Januari 2010

Happy Hours will last forever

Entah ketika melihat kumpulan foto-foto kebersamaan yang sempat terekam oleh kamera digital pinjaman itu seakan miris dan juga marah dan iri ketika hanya bisa mengingat dan melihat momen itu jauh tertinggal di belakang.
Ada saat-saat aku bisa ada di tengah malam pergantian umur anakku yang pertama dengan kue tar seadanya dan tiupan lilin yang dipaksakan anakku bangun ditengah lelap tidurnya, di kamar kontrakan yang sempit hanya bertiga saja, sepi sunyi dan dalam keadaan semuanya terbatas namun kebahagiaan tiada tara bisa aku nikmati disana.
Setiap lelah dan keringat yang keluar ditengah terik panas matahari jakarta yang menyengat dan juga semprotan lumpur para pengguna motor dan mobil ketika hujan seakan terobati dan terhapus begitu saja ketika di depan pintu rumah kontrakan istriku telah berdandan dengan cantiknya begitupun putri tercinta sedang riang belajar jalan mengunyah suapan menu masakan dapur ibunya.
Indah dan menyenangkan ketika mengingat masa itu, dan akupun dengan lahapnya makan malam seadanya yang menurutku adalah karunia terbesar karena semua menu itu adalah menu yang cocok untuk perutku dan lidah ini. tiada hari tanpa keceriaan meski dibalut friksi-friksi kecil mengenai masa depan namun semuanya masih dalam sebuah ruang kita masih bisa bertahan.
Mungkin kejenuhan dan ketidaksiapan menghadapi jakarta dengan status keluarga muda yang dengan penghasilan pas-pasan , utang dari masa ke masa dan tiap akhir bulan miris dengan uang seadanya dan susu yang makin menipis.
Dari tingkat derajat sosial pun tidak ada lah arti dari orang sekitar dan terdekat, ibarat kita memang sedang berada dalam kasta terendah trah kekuasaan dan silsilah. Sederhana saja, baru dua tahun waktu itu kita hidup bersama dan harus dituntut ini itu seperti yang sudah bertahun-tahun hidup tertata.
Kembali kepada masa sekarang, aku terpencar dari keluargaku. Aku sendiri tetap berjuang sebagai kepala keluarga yang harus menghidupi keluarga masih juga harus mencari sesuap nasi di jakarta, istriku pun sedang mewujudkan mimpinya untuk kembali ke malang dan juga dalam impianya adalah perwujudan mimpiku juga, Namun karena keterbatasan yang aku punya , aku tidak bisa mewujudkan keinginan mereka untuk dua dapur alias menyediakan rumah kontrakan.
Istriku harus menerima kenyataan hanya bisa kos yang itu adalah pilihan paling bisa aku wujudkan sekarang ini. Dengan anakku yang semakin besar ,keinginan untuk bersatu pun juga semakin besar,sampe pada satu titik aku menyerahkan semuanya kepada jalan hidup dengan aku terus berdoa dan berkehendak aku pengen beri mereka rumah kontrakan.
Dimana anakku dan istriku bisa kembali berkumpul meskipun aku belum bisa untuk bergabung menjadi keluarga lagi,karena memang aku belum ada pilihan dan sedang mencari pilhan untuk bisa kembali ke tengah-tengah keluarga dan menjadi satu kembali.

Jalan itu sudah ada, namun aku hanya kuatir jika keinginanku untuk mengontrakkan rumah di malang akan terkendala entah apa itu aku tidak tahu.Ya Allah,ini niatku dan engkau mendengarkan dengan mengirimkan rizkimu, namun aku juga hanya berusaha mudah-mudah2an memang rizki itu untuk anak istriku.

Happy hours will last forever, but forever for happines always be every hours i 'll reach

Karakter dan Perspektif Orang Sekitar


Karakter disebelah saya buat dengan kemampuan potosop sangat pemula karena memang dasarnya saya orang yang tidak bisa menggambar. Saya tersinpirasikan oleh sebuah pepatah lama "Bangunan itu tersusun dari batu,pasir,semen dan air untuk merekatkanya". Dan mengapa kita menelisik bahwa airlah yang mengeratkan ketika unsur elemen yang sangat berbeda dari batu yang keras pun ketika tertetesi air akan lumer dan hancur menjadi kepingan kecil meyerupai pasir, begitu juga pasir yang terkena air dan semen bisa kokoh sekuat batu..

Dan dibalik semua tiga hal yang berbeda tersebut , airlah yang menyatukan semuanya dan memang sebuah kedahsyatan alam yang patut kita adaptasi kepada kehidupan kecil kita ini. "Ada kalanya semua hal akan menjadi hancur ketika air kehidupan bukan lagi mengalir tapi bocor menetes ataukah menderas yang berubah menjadi hancurnya tenangnya air".
Kembali kepada karakter simple yang ingin saya ciptakan untuk sekedar mewakili utak-atik tangan gatel di postingan ini. Yang ada adalah sebuah keharusan kita untuk menjadikan sebuah unsur-unsur kecil yang digabungkan dan apa adanya menjadi sebuah karakter menyerupai bentuk tertentu. "OM KAREP" adalah representasi dari kejengahan saya akan keadaan yang terus mendera terutama keadaan lingkungan,bangsa ini yang sangat menyiksa kebebasan dan juga nyali rakyat kecil untuk berteriak.
"Dalam keadaan yang semakin menuntut untuk serba cepat, dinamis dan juga tidak terlalu membutuhkan sopan santun serta ewuh pekewuh apakah hanya satu kata yang menjawab semua itu?BENGISS!!.

Ya, menjadi bengis terhadap keadaan untuk melawan semua nya, bengis untuk tidak membiarkan orang-orang penjilat hidup dan berkembang tidak karuan. Serta bengis terhadap diri kita sendiri untuk tidak menjadi seorang pecundang dalam hidup ini , serta yang terpenting untuk bengis terhadap hati nurani kita jika hati nurani memaksa untuk bunuh diri karena lelah menjadi orang jujur yang terabaikan!!
Karena pada dasarnya akan ada suatu masa dimana hanyalah yang melekat dibadan ini yang akan menemani, siapkah kita untuk menjadi seorang survivor,the real survivor !. Jikalau memang harus memilih, maka memilih untuk tetap hidup karena tidak takut mati ataupun memilih mati pun boleh asalkan jangan karena kita takut untuk hidup..