Rabu, 21 Juli 2010

Sehari di Makassar..bandara baru

hari yang melelahkan untuk minggu ini yang begitu padat dengan schedule-schedule serba insidental merusak sebuah plan rencana yang telah tersusun dan telah dirapikan sampai dengan hari pelaksanaan.

Semua diawali ketika final piala dunia dihelat dan bagi penggila bola sudah pasti tidak ingin melewatkan momen yang dihelat 4 tahun sekali tersebut, resikonya adalah begadang karena serunya pertandingan spanyol mengajari bagaimana belanda harus menghilangkan taktik devide et emperanya didalam dunia sepakbola dengan trik-trik provokasi murahan , dan 120 menit yang ternikmati melabrak adzan subuh yang indah dikumandangkan demi sebuah saksi siapakah juara baru yang telah diramalkan oleh para mentalis bahkan sekelas gurita sekalipun.

Alhasil pun senin pagi tersebut hanyalah sebuah hari indah tapi melelahkan dan tanpa meninggalkan kewajiban untuk masuk di jam kantor yang telah tersepakati dalam kontrak kerja , namun anekdot-anekdot oleh para penggila bola yang telah mempersiapkan momen 4 tahunan ini juga dapat diapologikan bahwa kesiangan adalah wajar untuk 4 tahun sekali bahkan dengan anggota dewan yang terhormat pun tidak ketinggalan terlambat bahkan mungkin keenakan tidur di rumah daripada menghadiri sidang paripurna. Sebuah situasi yang menjadi termaafkan karena alasan piala dunia dan bukan karena kasus amoral ataupun video hot para artis yang menghiasi headline dan juga berita-berita televisi..

Mari lupakan sejenak dan saatnya saya menikmati minggu ini dengan jadwal padat dihari selasa pagi harus bersiap di jam 3.00 pagi untuk mengejar pesawat pertama yang berangkat 5.30 dan dengan intimidasi telpon sehari sebelumnya check in jam 4.30 sedangkan damri pertama kebandara pukul 4.00 pagi, tapi walhasil kenikmatan itu sudah saya mulai hanya untuk bisa menjejakkan kaki beberapa jam di makasar untuk rapat koordinasi yang cenderung adalah tidak lebih ngobrol dan tatap muka dan harus kembali pada malam harinya dihari yang sama pukul 20.30 WITA.

Saya pun sedikit parno dengan hari selasa ini karena begitu sampai dijakarta tanpa sempat menikmati coto makassardi kira-kira jam 23.00 WIB saya harus mempersiapkan fisik dan tas ransel saya untuk segera mengganti jubah engineer saya menjadi komprador pengiriman barang untuk pameran, entahlah bisa atau tidak badan saya menghadapi realita jadwal ini karena di jam 01.00 WIB hari rabu saya harus meluncur ke jogjakarta dengan perjalanan mobil van 12 jam lebih , dan dimalam harinya rabu itu juga mesti ngangkut barang dan kembali meluncur ke surabaya.
Apakah saya terlalu gila ataukah memang ini adalah yang saya cari?mungkin saja tapi saya tidak berani memilih karena saya punya tujuan akhir dari semua itu disabtu malam dan minggu pagi minggu ini berkumpul dengan anak tercintaku untuk sekedar memberikan sandal murahan yang saya beli di pasar blok M dan melepas rindu ke pelukan istriku tercinta..

Untuk hal yang satu itu saya tidak akan berkompromi dengan siapapun karena satu hal itu adalah wilayah saya dan telah aku putuskan ...aku ingin ketemu anak istriku sebelum lebaran nanti aku akan kembali pulang. I miss you sayank , i miss u nasha, can't hardly wait that moment...

Coretan ini saya tuliskan di bandara baru sultan hasanuddin yang mengingatkan saya akan layout changi airport dan terminal 3 bandara SOETTA dan yang jelas adalah saya nulis karena sumpek naik LION AIR yang selalu delay dengan alasan operasional di last flightnya serta ketidak ramahan petugas checkinya yang membiarkan mesin eror sampe 3 kali baru manggil tim teknis mereka..nangendi ae bos?

Salam satu jiwa aremania anyaran menjejakkan kaki di bumi macsman , kapan-kapan kita ketemu untuk silaturahmi dan menjejakkan kaki di stadion andi matalatta makassar. amiin

Sabtu, 10 Juli 2010

Mengulas Simalakama infotainment dan Klaim Jurnalistik

Terkaparnya nurani dan juga moralitas untuk sebuah oplah dan rating telah mengalahkan semua warning dan teriakan untuk infotainment berhenti menyuarakan sebuah kebenaran ataupun dugaan sekalipun hanya gosip belaka dengan dalih dan beking jurnalistik.

Kabar yang sudah sangat membuat muak bangsa dan sampai kepada Presiden serta warga dunia lain dengan berlarut-larutnya kasus video Porno yang selalu dibalut dengan kata mustajab "MIRIP" namun tidak pernah habis berdebat dan bersilat adovkasi dan bahasa para sarjana hukum itu yang juga berklaim ria bahwa mereka yang paling memahami hukum dan pasukan penyelamat dari semua krisis moralitas multidimensional.

Sesaat lalu pas berita ini keluar dan meledak di media saya sangat kecewa pertama kali mendengar dukungan seorang pakar islam liberal terhadap person yang diduga terlibat dari sinedrama "MIRIP" , meskipun itu adalah sah-sah saja kok bagi beliau yang memang memiliki jam terbang dan juga kajian kitab-kitab shahih serta dalil-dalil mujarab dan juga intelektualitas yang dikombinasikan dengan baik oleh pengetahuan tentang FIQIH , Namun tidak seharusnya bersuara hanya ingin menjadi Beda saja dari orang-orang yang menghujat.

Saya pun tidak menghujat mereka yang melakukan namun lebih kepada kebencian saya terhadap kebohongan yang dipertahankan sementara bukti nyata telah ada dimata mereka, meskipun ada juga apologi bahwa siapa sih yang mau aibnya diecerin diemperan toilet seperti itu. Keangkuhan yang saya lihat dari skenario yang sedang dimainkan oleh mereka yang mencoba tetap mengambil keuntungan dari sebuah drama opera sabun semi-blue dan cenderung BLUEFILM berbalut drama dengan alur sangat menjengkelkan.

Sudah cukup lah untuk para pelaku atau disebut korban atau apalah yang jelas adalah ketiga orang itu serta para pasukan advokatnya, sekarang kita melihat dari sebuah susbstansial lebih besar dari kasus ini adalah PEMBERHALAAN dan juga PEMAKARAN informasi oleh Infotainment dalam merajai dunia jurnalistik dengan berita yang bukan memuat sisi jurnalisme. Anda mengernyitkan dahi dengan pernyataan saya? oh jangan salah dulu silahkan anda lihat lah di koran dan online portal news tentang berita ini tanpa perlu saya sebutkan linknya karena saya yakin anda sangat lihai mencari informasi cemen begini dibanding mencari link download videonya bukan?

Buah simalakama telah dimakan oleh infotainment yang selama ini mengklaim bahwa mereka adalah bagian dari Jurnalistik dan jurnalisme itu sendiri. LBH PERS dalam kesempatan nampang di berita portal web okezone,kompas, dan detik menyatakan bahwa produk dari infotainment bukanlah produk jurnalistik dan lebih sangar lagi akan ada himbauan untuk tidak menayangkan tayangan infitainment bagi industri perfilman ataupun media.

Tapi Bisakah itu dilakukan? saya berharap besar hal itu sangat bisa dan ada kemauan dari insan pers dan jurnalisme yang selama ini telah dipukul rata menjadi penyerang dan penentu karakter ataupun karir dari seorang bintang ataupun pejabat politisi. Karena sudah waktunya JUrnalisme itu bukan hanya bermodal kartu pers dengan gantungan tali , kamera dan mic tapi lebih kepada pengetahuan dan otak-otak brilian sehingga mampu melihat dengan nurani dan menuangkan tajam dengan mata investigasi serta yang paling utama adalah MENYAJIKAN BERITA serta MENGABARKAN untuk MENGIMBANGKAN tapi tidak untuk Memprovokasi atau Menyesatkan Bangsa yang sangat kecanduan dengan koran dan Berita..

Yang ngetik ini cuma tukang ketik biasa kok, silahkan saja untuk berdiskusi dan mudah-mudahan bisa lebih memperjelas posisi dan peran masing-masing untuk perbaikan moralitas serta mentalitas bangsa ini yang sudah tertutupi oleh skandal-skandal yang tak kunjung dikubur.