Kamis, 14 Januari 2010

Mengapa masih melekat?

Entah kenapa sedari aku dulu ada di bangku sekolah dari dasar ampe bahkan sampe sekarang ini banyak orang melihat aku adalah sosok yang keras kepala, temperamental dan tukang bikin rusuh?
Namun bisa aku yakinkan kepada mereka dan siapapun bahwa aku sangat bisa membawa situasi dan emosiku dan mengkontrol dengan sangat baik karena pada dasarnya seorang temperamental memang tidak kompromistis , dan egois. Introvert dan juga kekangan terhadap masalalu serta semua yang telah aku lewati mengendus kepada sebuah jalan panjang yang tidak akan pernah terjamah. Jangankan untuk sekedar melampiaskan atau bertemperamen , seumur hidupku pun aku tak pernah berantem dan merasakan benar-benar menghantamkan tanganku ke muka seseorang. Dan jika mereka melihat aku temperamen adalah lebih bahwa aku sudah tidak mampu mentolerir segala keganjilan yang seharusnya tidak nampak didepanku.
Sekedar sangat terdengar egois namun apakah kita pernah berpikir bahwa jiwa yang telah mengalah untuk menerima semua hal dari yang terburuk dan tersenang juga masih memiliki ruang kosong yang dinamakan ruang diam dan ruang sendiri. Seringkali ketika temperamental itu terlihat orang adalah ketika orang lain tidak mencoba memahami sedang berada dimanakah dia sekarang dan berinteraksi..Karena jika wilayah diam dan gelap adalah pilihan sekarang jangan lah membawa semua seakan terbawa oleh tawa tangis yang sedang terjadi.
Saya masih sangat sadar ketika saya meluapkan emosiku pada suatu hal itu tidak lebih bahwa saya sudah membuat level saya dengan lawan tersebut sama dan ternyata yang terjadi disitu adalah hal yang tidak berada di level tersebut, Entah dengan kebodohanya kah ataukah memang sengaja mengeluarkan dari level yang telah disepakati.

Saya memang temperamental bagi sebagian besar orang, mungkin orang-orang terdekat saya pun.Namun temperamental saya tidak lebih dari sebuah penolakan keras terhadap apa yang telah dipaksakan terjadi karena sekali lagi saya adalah pribadi kompromistis dan mencoba realistis untuk hidup yang semakan diawang-awang.
Masih ingatkah anda semua yang mengenal saya, bagaimana saya bisa mengaji bareng dengan anda di sebuah surau, bermain bola di sebuah kompetisi keras, berlatih fisik untuk sebuah masa depan, sama-sama berteriak untuk ketidak adilan yang terjadi dalam aktivitas kampus?...Ataukah disaat kita mengumpulkan dana untuk sekedar membangun kembali radio pemancar kita dikampus?DImana harga diriku aku berikan untuk diinjak oleh orang tua bangka itu yang mengatakan aku adalah PKI, hanya untuk bantuan dana beberapa juta....

Aku mencintai kalian keluargaku, istriku dan anakku..keluarga besarku, kawan-kawanku,seniorku dan semua kolegaku..Karena pada dasarnya tidak bisa aku untuk memperlihatkan temperamen yang sering kalian tuduhkan padaku tapi inilah aku yang juga butuh sisi dimengerti dan tidak selalu menjadi orang yang harus mengerti tentang semua hal..Karena aku juga manusia..

0 komentar:

Posting Komentar