Sabtu, 31 Oktober 2009

Merindunya Seorang Ayah Muda

Jika istilah keluarga muda dan juga ibu muda sudah sering digunakan dan dikenal maka apa istilahnya jika kita mengenalkan istilah Ayah atau Bapak. Karena Hari ibu telah ada di negeri ini dan di dunia tapi seorang Bapak atau Ayah tidak mendapatkan tempat. Namun bukan masalah itu yang akan saya tuliskan disini tapi lebih kepada galaunya seorang ayah muda yang harus meninggalkan anak dan istrinya karena harus merantau merubah nasib keluarga barunya.

Pada awalnya semuanya berjalan dengan baik meski dibalik ketidaklayakan dan juga kondisi pas-pasan untuk hidup di ibukota yang begitu menuntut derasnya kantong dan kucuran dana untuk apapun sendi kehidupan ini. Karena sesuai dengan pedoman yang ada di bumi perantauan ini "Ini Jakarta BUNG!! Tidak ada yang gratis di bumi ini",tapi itulah yang ada di kota yang dinamai jakarta ini.

Kehidupan lengkap dan bahagia dengan segala keterbatasan dan juga surga dunia dengan selalu berkumpul dengan anak istri di tiap pagi berjalan kaki menapak dengan tanah basahnya karena embun dan sedikit tusukan suasana dingin mengiringi laju suara sepeda bayi roda tiga yang berbunyi dengan baterai setengah segan tuk hidup dan mati. Namun itulah kebahagiaan yang selalu aku liat, begitu intim mereka dalam gelak tawa dan gelak bahagia dengan berbagai tingkah polosnya dibalik kerasnya tuntutan-tuntutan yang diarahkan ke mereka yang notabene menurut orang lain , orang tua atau bahkan orang terdekatnya masih harus mendapatkan dan berada di posisi yang jauh lebih terhormat dari sekarang, namun itu adalah tuntutan para manusia , tapi dengan yang diberikan oleh TUHAN mereka sangat terhormat dan bahagia.

Semuanya kemudian harus menuntut mereka berhenti dan memilih untuk mengejar mimpi yang tertinggal dan mengejar dengan cepat untuk kemudian setelah meraihnya itu semua hanya untuk satu tujuan dalam perkataan"Nak, inilah mimpi yang ayah dan ibu kejar,aku lelah namun bahagia karena telah menggenggamnya tapi ini semua untuk aku berikan kepadamu".

Seorang ayah itu masih ada di ibukota dan hanya bisa merenung ketika kerinduan menyeruak kepada buah hatinya,hanya telepon, gambar di handphonenya ataupun sesekali membayangkan buah hatinya pulang menyusulnya ke ibukota dan memanggilnya dengan lantang "AYAAAAHHHH!!!!"...

Semoga saja kebahagiaan segera tergenggam dan semua ini bisa menjadikan kita lebih bersyukur bahwa keluarga telah membawa kita pada kebahagiaan tak ternilai namun untuk masa depan kita harus berjuang demi kebahagaiaan keluarga kita.

Minggu, 25 Oktober 2009

Meracaukan Ketidakpastian Detik Lonceng Tua

Ketika sore hari ini aku harus beranjak dari kota dan hiruk pikuk bekasi dan jakarta untuk sedikit menepi dengan bejibun pekerjaan di bumi lancang kuning riau, dibekali dengan setumpuk kecemasan dan racauan hatiku akan masa depan,loyalitas dan juga tanggung jawab terhadap hidupku dan keluargaku serta kawan-kawan dan bagaimana harus aku berbuat.

Mantapkan hatiku untuk berangkat sudah pasti itu adalah sesuatu yang wajib aku pelihara karena dengan niat yang penuh dan begitu semangat ditengah kondisi drop dan urusan rumah yang berantakan karena memang maklum hanya sendirian ngebersihin dan ngurusin rumah kontrakan...

Dengan meracaunya hatiku aku pun selalu menegaskan bahwa setiap satu langkah aku jejakkan dari rumahku adalah niatku untuk senantiasa beribadah dan berjuang untuk menghidupi anak dan istriku tercinta. Begitu banyak dilematisme dan juga retorika-retorika akan arti sebuah pencapaian karier yang harus dicapai seorang perantau...

Tapi daripada kita berpikir terlalu berat kan semua hal, bagaimana jika kita mulai menata hati untuk berniat lurus bekerja demi Allah dan mengharapkan berkah dari niat baik itu untuk anak istri dan masalah selanjutnya serahkan saja dengan tangan dan kaki kita untuk menghadapi. Ingin aku bisa berkata dan berteriak lantang,keluarkan keringatmu karena kau lelah otakmu berpikir dan kakimu serta tangamu kesemutan karena terlalu berpikir dan bekerja karena rasa tanggung jawab tinggi..

Mari kita galakkan gerakan bekerja dan berkeringat untuk menjawab dan memperbaiki mentality bangsa ini merubah dari bangsa pemimpi menjadi bangsa pekerja yang menghargai tiap tetes keringatnya karena rasa tanggung jawab

Jumat, 23 Oktober 2009

Tukang Becak dan Minimum Systemnya

Suatu ketika ada keadaan dimana seorang tukang becak harus berada pada keadaan yang sangat tidak mengenakkan ketika ada seorang penumpang sebutlah namanya Kang Suro yang baru saja turun dari mikrolet butut di kota mojokerto. Dan setelah ditengak-tengok ternyata hanya ada becak sedangkan kang suro ini sedang mencari pangkalan taksi yang sangat mustahil ditemui dikota mojokerto, Namun itulah ketidak tahuanya akan kota ini.

Kang suro pun bergegas untuk menghampiri kedua tukang becak yang sedang mangkal di pangkalanya, Dan setelah sampai di pangkalan tersebut sebut saja namanya Kang Beang langsung sigap bangun dari kemalasanya diatas becaknya dan merapikan bajunya untuk kemudian menyapa dan menanyakan tujuan dari kang suro. Namun, setelah tawar menawar akhirnya disepakatilah harga ke tempat tujuan dengan biaya Rp.9500,00 tidak lebih tidak kurang.

Namun ketika akan beranjak naik ke becak kang beang salah satu penarik becak satunya terbangun dan melihat kang suro, tapi begitu terkejutnya ternyata orang itu adalah kang inun yang notabene masih sodara dengan kang suro, akhirnya terjadilah obrolan hangat dua orang yang sudha lama tidak bertemu ini dan dengan logat dan tabiat jakarta yang baru dibawanya , kang suro pun membatalkan naik becak kang beang dan lebih memilih untuk meminta kang inun membawanya dengan becaknya.

Sampai disini sebenernya telah terjadi situasi yang biasa dimana pihak konsumen berhak memilih apa yang dipilih dan ditentukan untuk kebutuhan dan juga keperluanya karena konsumenlah yang mengeluarkan biaya atas kehendak yang diinginkanya. Walhasil, mendengar pernyataan kang suro yang membatalkan rencananya naik becak kang beang, kang beang pun dengan muka agak kesal menggumam dan kecewa karena baru saja dia kehilangan pelanggan karena kang beang tidak mengenalnya.

Namun dengan Menepuk Pundak kang Suro, Kang inun pun berbicara didepan kan Beang juga dan berkata :
Dik suro, Rejeki saya ada di becak kang Beang..Sekarang giliran kang beang yang menarik penumpang. Jangan Kacaukan sistem yang sudah kita sepakati terlebih untuk menjaga rejeki kita sama-sama lancar hanya karena pertemanan dan persaudaraan ini. Karena pada dasarnya, Becak ini sama-sama Becak hanya yang mengayuh yang berbeda.Biarkanlah Kami yang tukang becak ini konsisten dengan sistem yang kami buat meskipun kami hanya orang tidak mengenyam pendidikan...Pergilah dengan kang beang,dia akan mengantarkanmu dengan tanggung jawab besar sama sepertiku