Minggu, 25 Oktober 2009

Meracaukan Ketidakpastian Detik Lonceng Tua

Ketika sore hari ini aku harus beranjak dari kota dan hiruk pikuk bekasi dan jakarta untuk sedikit menepi dengan bejibun pekerjaan di bumi lancang kuning riau, dibekali dengan setumpuk kecemasan dan racauan hatiku akan masa depan,loyalitas dan juga tanggung jawab terhadap hidupku dan keluargaku serta kawan-kawan dan bagaimana harus aku berbuat.

Mantapkan hatiku untuk berangkat sudah pasti itu adalah sesuatu yang wajib aku pelihara karena dengan niat yang penuh dan begitu semangat ditengah kondisi drop dan urusan rumah yang berantakan karena memang maklum hanya sendirian ngebersihin dan ngurusin rumah kontrakan...

Dengan meracaunya hatiku aku pun selalu menegaskan bahwa setiap satu langkah aku jejakkan dari rumahku adalah niatku untuk senantiasa beribadah dan berjuang untuk menghidupi anak dan istriku tercinta. Begitu banyak dilematisme dan juga retorika-retorika akan arti sebuah pencapaian karier yang harus dicapai seorang perantau...

Tapi daripada kita berpikir terlalu berat kan semua hal, bagaimana jika kita mulai menata hati untuk berniat lurus bekerja demi Allah dan mengharapkan berkah dari niat baik itu untuk anak istri dan masalah selanjutnya serahkan saja dengan tangan dan kaki kita untuk menghadapi. Ingin aku bisa berkata dan berteriak lantang,keluarkan keringatmu karena kau lelah otakmu berpikir dan kakimu serta tangamu kesemutan karena terlalu berpikir dan bekerja karena rasa tanggung jawab tinggi..

Mari kita galakkan gerakan bekerja dan berkeringat untuk menjawab dan memperbaiki mentality bangsa ini merubah dari bangsa pemimpi menjadi bangsa pekerja yang menghargai tiap tetes keringatnya karena rasa tanggung jawab

0 komentar:

Posting Komentar