Fotosintesa Kehidupan yang sudah jauh aku tidak kembali bisa rasakan sedikit empati dan sayatan-sayatan kecil perih namun menyadarkan akal dan pikiran seorang manusia yang mau mengaku dirinya tetaplah Manusia.
Dibangku itu , diluar pinggir jalan aku duduk sendiri di meja untuk 5 orang namun karena memang aku hanya membawa satu wujud aku paksakan untuk duduk dibangku itu. Seperti biasa , ritual pun dimulai dengan pesanan satu cup coklat Panas dan sebungkus kentang Goreng plus Tembakau isi 16 Batang selera Pemberani. Duduk dan mulai membakar satu batang tembakau sambil menenangkan hati yang terlalu euforia dengan harapan untuk membasuh dahaga hati akan perasaan yang sepertinya sudah lupa aku rasakan indahnya namun lebih pada bagaimana aku memahaminya lebih dalam.
Lalu lalang para figuran dengan Gaya dan penampilan peran yang mereka banggakan , para kru televisi bintang itu pun dengan seragam hitam-hitam yang bercengkrama silih berganti masuk keluar pintu (*kebetulan aku duduk pas disebalah pintu masuk*) , Dibelakangku sibuk mereka membahas program dan pekerjaan nya disatu sisi teman mereka curhat tentang cinta dan petakomplinya diantara persahabatanya (*bukan saya menguping tapi kursi kami membalakangi dan suer kenceng banget ngomongnya*).
Sampai pada satu ketika , sudah 4 jam ternyata saya duduk bertahan dengan gelas , kentang dan tembakau yang sudah terbakar separuhnya...Ada pula waria menghampiri sambil mengamen dengan tapenya rusak joget2 ga jelas yang tanpa karya meminta uang saweran.."Maaf ya mbak , kalo mau ambil Rokok silahkan kalo uang saya ga kasih karena sampean ndak nyanyi"...memang sudah urat malu karena lindasan ibukota menghimpit mereka " Makasi mas Ganteng " , pengen kutendang saja sampe merinding saya .
Namun dalam duduk ku disana menantikan sesuatu yang memang sudah benar menjadi mimpi dan keinginan yang sangat berlebihan untuk orang yang bernama seperti saya akhirnya jari-jari saya pun membuka aplikasi media berkicau dan mulailah saya berkicau tanpa ada satupun niat untuk menulis...tapi tangan , hati, otak membimbing semuanya tertulis dan setelah tertulis aku pun diam
Kenapa aku bisa menuliskan itu semua diluar alam bawah sadarku dan terpublishlah semua di dunia maya itu , tapi sudahlah terimakasih untuk kekuatan yang menuliskan kejujuran hati dan empati dari kompartmen hati yang termana aku tak tahuBeberapa tulisan yang akhirnya mulai saya paham kenapa hati saya membimbing untuk menuliskanya :
0 komentar:
Posting Komentar