Ternyata, 9 bulan itu berlalu begitu cepat tanpa disadari. Hanya butuh waktu beberapa jam saja untuk menghadirkan seorang bayi ke dunia. Meski tidak mudah dan berpeluh, bukan rasa sakit yang terkenang. Melainkan perasaan bahagia luar biasa yang tidak bisa terdefinisikan lewat kata-kata. Nasha Nadhifa, hadir membawa warna baru dalam hidup kami pada 7 september, tepat 2,5 tahun yang lalu. Nasha termasuk bayi yang lahir dengan trauma, karena terlilit tali pusar. Bayi yang lahir dengan trauma, maka menangisnya lebih keras dibanding bayi yang lahir secara normal.
Hari demi hari, berlalu penuh keceriaan, tangis dan kebingungan seorang ibu baru. Dulu, hari-hari itu serasa panjang dan lama.
Terlebih nasha terhitung lambat dalam proses perkembangannya. Umur setahun, baru bisa merangkak. Dicemooh, bahkan jadi pembicaraan di sana-sini, tapi kami tidak pernah meragukan sedikit pun bahwa nasha akan mampu melewati semua itu. Karena memang nasha lebih dahulu berbicara. Benar saja, nasha yang sekarang justru kecerdasannya melampaui mereka yang seumuran. Nasha memiliki empati yang luar biasa terhadap sesama. Terlebih kecerdasannya yang membuatku sebagai seorang bunda mensyukurinya di setiap detik. Umur 2 tahun, nasha sudah hafal doa mau tidur, doa mau makan, doa untuk orang tua. 2 tahun 3 bulan, hafalan nasha bertambah, al fatihaah dan al kafiruun pun sudah dihafalnya ^-^.
Sekarang, rasanya kerinduan akan hari-hari itu kembali menyeruak. Betapa dulu sempat berangan-angan kapan nasha besar. Bisa melakukan semua sendiri. Namun sekarang, rasanya ingin nasha masih membutuhkan bundanya seperti dulu. Di umur 2tahun, perbendaharaan kata-katanya banyak sekali. Nasha bisa mengungkapkan perasaannya, seperti halnya orang yang dewasa.
Keadaan membuat kami terpisah untuk sementara (gapapa ya nasha, percaya ma bunda, pasti kita segera berkumpul lagi ^-^). Meski terpisah jarak, tak pernah nasha berhenti mengatakan, “Nasha kangen bunda, Nasha sayang bunda” setiap berkomunikasi lewat hp (ya, bhkn sebelum berusia 2th, nasha sudah bisa berkomunikasi via hp dgn org lain meski hanya sepatah dua patah kata.)
Ada hal yang sangat meresahkan, di antara begitu banyak kebahagiaan yang kami syukuri dengan kehadiran Nasha. Umur setahun, pulang dari Jakarta...nenek Nasha yang khawatir cucunya capek, memaksa untuk membawa nasha ke dukun bayi (tukang pijat). Dukun bayi memijat semua tubuh nasha, perutnya tenpa terkecuali. Nasha menangis meronta kuat sekali. Wajahnya memerah seolah menahan sakit. Biasa, kata dukun bayi tersebut.
Ternyata pijat nasha di hari itu membawa petaka. Esok harinya, ketika tengah memandikan nasha serasa ada yang beda. Betul saja, tali pusar nasha keluar. Panik! Itu adalah hal pertama yang terjadi. Karena selama setahun ini belum sekali pun hal itu terjadi. Nasha sering rewel, sempat demam. Setiap nasha menangis ataupun berteriak, maka pusarnya akan keluar.
Akhirnya, sepakat kami bawa nasha ke dokter. Vonis dokter benar-benar di luar dugaan. Hernia tali pusar. Dokter bilang, ini disebabkan pengalaman traumatis, which is pijat di dukun bayi. Di saat perutnya dipijat, nasha meronta dan menangis terlalu keras (bawaan bayi yang lahir dengan trauma – lilitan tali pusar). Syarafnya yang tegang, menyebabkan tali pusarnya keluar. Memang secara medis, hal ini sangat tidak dianjurkan. Namun, yah kita hidup dengan warisan nilai-nilai orang tua.
Tak puas, kami minta pendapat kedua, ketiga. Hasilnya tetap sama. Duh, ya Allah . . . Dokter bahkan secara terang-terangan mengatakan, harus dioperasi. Bila tidak, maka akan berbahaya bila ia mengalami menstruasi pertama karena akan menyebabkan sakit luar biasa. Bahkan penderita hernia tali pusar khusus perempuan dapat meninggal bila melahirkan. Dokter hanya bisa menyarankan, sebelum dioperasi, kalau bisa orang-orang d sekeliling nasha harus meminimalisir agar nasha tidak sering menangis atau berteriak. The sky is falling.....
Nasha yang sekarang ini, masih nasha yang memiliki hernia tali pusar. Tapi melihat polahnya yang selalu membawa keceriaan, kecerdasannya, kemampuan berempatinya, luluh sudah kesedihan itu. Tak mungkin bersedih bila bersama nasha (boleh ditanya yang sudah bertemu dengan nasha ^-^)
Semangat, nasha....jangan pernah merasa terabaikan ya? Apapun yang terjadi, bunda selalu sayang nasha, begitu juga ayah...
Seperti yang selalu bunda katakan; nasha adalah bintang dalam hidup bunda. Tanpa nasha, dunia bunda jadi gelap...
“Saat engkau tertidur kupandangi wajahmu
Masih inginku mendekapm, masih inginku menciummu
Tak pernah kusadari waktu cepat berlalu
Kini engkau menjadi besar, kini engkaulah harapanku
Tumbuh, tumbuhlah anakku. Raih, raihlah cita-citamu
Jangan pernah engkau ragu, sayang . . .
Doaku selalu bersamamu. Membuat aman di hidupmu”
– Dengarlah suaranya, dengarlah tawanya, selagi kita bisa –
*thanks to my beloved wife for this emotional notes, you written it very good*
http://www.facebook.com/notes/rosi-febrianita/catatan-seorang-bunda/370727107554
#Pesan untuk yang punya baby: Berpikir lagi kalo mau mijitin baby ke dukun bayi,karena sentuhan dan pijatan dari ibu itu jauh menenangkan*
Selasa, 04 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tautan Kawan
|Istriku| |Alit02| |AREMASENAYAN| |Imran| |aryo pinandito| |Bang Edo| |bang epat| |brawijaya university| |elektro brawijaya| |kamusku| |kang IBOR| |mas yayan| |neysa| |pecasndahe| |sani02| |teknik brawijaya| |wirawan| |NYAHOOK| |Gentenk02| |Mas GP| |Bang Susee| |Mas TINTIN| |TUHU||SamEkoRongewu||MbakDOS||Faniez||Kang Feri||TrueLifeInstitut|
Category
- AremaFC (1)
- aremaniasenayan (1)
- blog (1)
- blogging (17)
- Feri Febriandani (1)
- fiksi (1)
- Life Story (15)
- motivated Story (8)
- nurdin turun (1)
- personal (9)
- PSSI (1)
- REVOLUSI (1)
- salihara (1)
- semarang (2)
- truelifeinstitut (1)
0 komentar:
Posting Komentar